Bloger


Kamis, 27 September 2012

Seni Sebagai Pengalaman


Pendahuluan

Seni merupakan hal yang sifatnya tidak terikat, yaitu tidak ada unsur yang mengharuskan seni harus seperti ilmu atau pengetahuan lainnya. Seni dapat dilihat dari berbagai sudut yang bisa setiap orang melakukannya. Dengan kata lain seni merupakan sesuatu yang tidak mutlak harus indah ,tergantung persefektif orang melihatnya.
Seni dan pengalaman atau seni sebagai pengalaman bisa menjadi sangat erat kaitannya, karena pengalaman seni bisa terjadi seperti halnya pengalaman-pengalaman lainnya, tetapi pengalaman seni lebih menitik beratkan kepada perasaan dan pemikiran, penginderaan dan berbagai intuisi manusia.
Manusia adalah makhluk yang tak pernah lepas dari sebuah pengalaman, bahkan hidup berlangsung dari sebuah pengalaman. Seseorang memiliki pengalaman seni pada dasarnya karena orang tersebut dalam kekuatan nilai yang dihasilkan oleh benda seni. Kualitas inilah yang sebenarnya dialami seniman dalam pengalaman seninya. Sensasi itu berasal dari medium itu sendiri.
Dengan kata lain benda seni bisa membuat orang memulai mengalami pengalaman seninya, karena telah menginderai dan menikmati  sesuatu yang terkandung didalamnya. Tentu saja orang tidak hanya tertarik pada kualitas medium seni yang disuguhkan. Bisa jadi orang terpesona dari warna dan bentuk, garis dan tekstur. Yang berfungsi juga sebagai gambaran dari kenyataan pengalaman sehari-hari.

Seni Sebagai Pengalaman

1.             Pengalaman Seni
Manusia adalah mahkluk sosial yang harus berintraksi dengan lingkungkungannya, baik dengan sesama bahkan sampai dengan benda buatan manusia itu sendiri, dengan kata lain manusia hidup berlangsung dengan pengalaman tak ada satu manusiapun yang luput dari pengalaman. Pengalaman merupakan suatu kesatuan, keutuhan yang terdiri atas rentetan bagian-bagian pengalaman yang terus mengalir.
Pengalaman terjadi disetiap hidup manusia. Dalam ilmu seni, pengalaman dengan benda seni dinamai dengan pengalaman seni atau pengalaman estetik atau respon estetik. Istilah ini biasanya dibicarakan dalam hubungannya dengan penikmat seni. Yang saling terkait antara penikmat dan pengalaman dalam seni.
Pengalaman seni adalah pengalaman yang dialami oleh penikmat seni atau penanggap seni. Seperti dalam pengalaman sehari-hari, maka pengalaman seni juga merupakan suatu pengalaman utuh yang melibatkan perasaan, pikiran, penginderaan, dan berbagai intuisi manusia. Hanya saja pengalaman seni berlangsng dalam kualitas pengalaman tertentu yang kadang-kadang tidak sama dengan pengalaman sehari-hari. Dalam pengalaman seni unsur perasaan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan dan mendasari unsur-unsur potensi manusia yang lain. Sebuah karya dapat juga melahirkan sebuah kesimpulan pemikiran, tetapi itu terjadi setelah pengalaman seni selesai (Sumardjo,2000:161).
Manusia memiliki perbedaan pengalaman antara pengalaman seninya dengan pengalaman yang sehari-hari biasa terjadi. Pengalaman seni lebih menitikberatkan pada penggunaan perasaan yang lebih, artinya pengalaman seni adalah pengalaman yang istimewa karena menyangkut dengan estetik dan pada pola perasaan yang ditekankan.
Oleh sebab itu suatu pengalaman seni selalu memiliki suatu pola. Sehingga suatu pengalaman terdiri dari berbagai unsur pengalaman yang satu sama lain saling terkait sehingga menyusun hubungan tersendiri. Pola hubungan antar unsur inilah yang dinamakan dengan pola atau struktur. Dan, struktur hubungan inilah yang memberikan makna pada pengalaman tersebut.
Setelah itu pengalaman seni dapat dimaknai sesuai dengan pola atau struktur yang sudah dipahami oleh penikmat seni. Sehingga kesemua kesatuan saling terkait satu sama lain.
2.             Pengalaman artistik
Telah dipelajari dalam pengalaman seni adanya fokus yang membuat suatu pengalaman merupakan suatu keutuhan. Keutuhan itu membuat semua unsur pengalaman menjadi pengalaman punya makna dan kedalaman. Semua kautuhan pengalaman itu terjadi lewat kegiatan menghubungkan dan merangkaikan unsur-unsur pengalaman yang kita peroleh dari penginderaan atas benda seni. Inilah sebabnya sebuah karya seni yang bermutu  dapat memberikan pengalaman seni yang berbeda-beda bagi apresiatornya. (Sumardjo,2000:165).
Sebuah karya seni yang memiliki mutu tinggi akan melahirkan tanggapan-tanggapan atau penilaian yang berbeda dari setiap orang yang menginderanya dan menjadikan sebagai pengalaman seninya.
Ketika peroses penciptaan karya seni atau peroses artistik seorang pencipta seni atau seniman dikendalikan oleh pengalaman estetiknya, penciptaaan karya seni memang merupakan kerja pengungkapan diri, ekspresi diri dalam suatu wujud benda seni. Tetapi , pengungkapan isi jiwa seniman secara artistik itu tidak dilakukan sewenang-wenang tanpa kesadaran pengalaman estetik. Dengan bahasa lain seorang seniman harus melalui tahapan mengalami pengalaman estetiknya sehingga sebuah benda seninya memiliki nilai seni dan estetika yang tinggi.
Pengalaman artistik lebih mengacu kepada peroses  penciptaan karya seni, dalam peroses ini terjadi ekspresi spontan yang multi intraksi antara berbagai potensi jiwa manusia, yakni antara kerja penginderaanya, pemikirannya, emosi dan intuisinya.
Proses penciptaan yang melahirkan pengalaman artistik lebih didominasi oleh unsur perasaan. Inilah yang membedakan seni dengan ilmu dan filsafat. Dalam seni, muatan emosi yang ingin disampaikan kepada penerima seni tidak dapat dibiarkan liar tanpa kendali bentuk, tanpa diberi struktur. Seni pada dasarnya adalah disiplin emosi, pembersihan emosi. Dengan demikian, kendali pengalaman artistik dalam penciptaan karya seni adalah pengalaman estetik.
3.             Pengalaman seni instrinsik-ekstrinsik
Pengalaman seni atau pengalaman estetik merupakan salah satu nilai kualitas dalam seni. Pengalaman kualitas seni amat pribadi terjadinya karena hanya penikmat seni itu yang menciptakannya berdasarkan karya seni yang ada. Sehebat apapun kritikus tak kan mampu menggantikan karya seni dengan karya kritiknya.
Sebuah pengalaman seni akan semakin murni apabila pengalaman itu semata-mata estetik. Artinya sebuah karya seni dialami bukan bukan demi apapun diluar kepentingan seni itu sendiri. Bukan demi kepentingan moral, agama, kejiwaan, sosial dan lainya. Seni yang murni hanya menawarkan aspek instrinsik tanpa kepentingan  bersifat pragmatis (Sumardjo,200:169). Sederhananya seni yang murni tidak ada unsur yang mengiming-imingi dibelakangnya kecuali hanya yang memiliki nilai instrinsik tanpa pragmatis.
Menurut Kant dalam buku Estetika karangan Dharsono Sony Kartika bahwa ada dua macam nilai estetis, yang pertama nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena nilainya murni maka bila ada keindahan, dikatakan dengan keindahan murni. Nilai estetik yang murni terdapat pada garis, bentuk dan warna dalam seni rupa. Gerak tempo ,irama dalam seni tari. Suara, irama, metrum dalam seni musik. Dialog, ruang, gerak dalam seni drama atu teater, dan lain-lain
Kemuadian ada nilai ekstra estetis atau nilai tambahan yang merupakan nilai tambahan yang terdapat  pada bentuk-bentuk manusia, alam, binatang dan lain-lain. Gerak lambaian, dan lainnya keindahan yang dapat dinikmati penggemar seni yang terdapat pada unsur-unsur tersebut disebut keindahan luar estetis atau tambahan.
Tercatat dalam teori instrinsik sebuah nilai yang ada dalam seni itu terdapat pada bentuknya. Yang disebut bentuk adalah penyusunan medium inderawi atau permukaan karya seni. Sedangkan teori ekstrinsik susunan dari arti-arti didalam dan susunan medium inderawi makna kulit yang menampung proyeksi dari makna dalam harus dikawinkan. Nilai-nilai itu (keindahan) mencakup semuanya meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya (Sony Kartika,2007:14)
Pengalaman instrinsik dan ekstrinsik harus memiliki makna yang menyatu pada sebuah karya atau benda seni. Artniya saling mendukung satu sama lain. Dalam sebuah buku filsafat seni karang Jakob Sumardjo menyebutkan bahwa seni itu bukanlah budak dari hal-hal diluar seni, artinya seni itu harus tanpa pamrih, terhindar dari kepentingan pragmatis sehingga tidak menghalangi terjadinya pengalamansecara murni.
Jadi pada dasarnya seorang penikmat seni, dalam arti memiliki pengalaman seni atas sebuah karya seni, dengan sendirinya seorang seniman pula, karena ia ikut menciptakan makna ekstrinsik seninya. Tetapi, dalam hal ini orang tak bisa dengan semena-mena menafsirkan makna ekstrinsik karena ia terikat pada fakta objektif benda seni itu sendiri. Ia hanya bisa bisa mencari makna ekstrinsiknya melalui ungkapan instrinsik seninya. Dan instrinsik seni ini tak bisa dimanipulasi karena bendanya memang seperti itu.
4.             Kesalahan penafsiran maksud seni
Sebuah karya seni yang baik memang bukan ilmu pengetahuan yang harus jelas batas dan isi pengertianya. Sebuah karya seni disebut seni apabila ia berhasil memberikan, rangsangan dan daya hidup atau daya cipta bagi penerimanya. Pengalaman yang mengalir bersama waktu , yang dapat mengandung gerak atau juga mungkin tidak. Sesuatu yang dapat menggerakkan perasaan dan pemikiran dari suatu karya seni layak disebut seni. Seni merupakan sebuah dinamika dalam suatu keutuhan pengalaman. Sesuatu yang indahlah yang menggerakkan jiwa manusia. Dan gerak jiwa berenang dalam kebebasannya sendiri dalam suatu permainan yang tanpa beban.
John Hospers juga memberikan perumusan tentang seni sebagai lawan dari alam.  Dalam arti yang terluas seni, seni meliputi setiap benda yang dibikin oleh manusia sebagaimana dilawankankan dengan benda-benda dari alam. Selanjutnya Hospers menegaskan bahwa bikinan manusia (man-made) merupakan ciri pokok dri setiap karya seni (The Liang Gie,1997:69).
 Seni adalah suatu hal yang  yang melekat pada diri manusia sesuai dengan apa yang diketahui tentang sebuah estetika dan menerapkannya dalam media-media tertentu. Sehingga nilai yang terkandung didalamnya bisa dipahami seseorang menurut perspektif masing-masing.
Tugas seniman adalah menciptakan karya seni. Karya seni itu lahir dari pengalaman artistiknya daan tugas penerima seni adalah menghayati karya itu lewat penginderaannya yang langsung menggerakkan syaraf perasaan dan pemikirannya. Penilaian penikmat seni tergantung sejauh mana pengetahuannya tentang seni, baik dari pendidikan, pengalaman dan kepekaannya. Tentunya semakin tinggi pendidikan atau pengetahuannya tentang seni maka semakin luas dan dalam pula pengalamannya serta semakin tajam kepekaan seninya sehinnga banyak daya yang menggerakkan batinnya dari sebuah karya seni.
Sebuah karya seni yang baik adalah karya seni yang merdeka, artinya setelah terlepas dari pengkaryanya maka karya tersebut bisa bebas dinilai menurut apa yang orang kehendaki sesuai dengan pengetahuan seninya. Ini bukan berarti bahwa penjelasan seniman mengenai karya seninya sia-sia dan tak ada gunanya sama sekali.
Penjelasan seorang seniman juga sangat perlu agar penanggap seni daapat memperoleh pangalaman seni. Penjelasan seniman dapat dimasukkan sebagai salah satu tambahan pengetahuan dalam menghadapi karya seni, tetapi jelas tidak membantu dalam menentukan makna akhir pengalaman seninya (Sumardjo,2000:177).
Pemberian makna pada sebuah karya seni terlepas dari senimannya adalah mutlak hak publik seni, karena karya seni memiliki banyak makna sesuai dengan orang yang menginderanya, dan akan lahir juga makna nilai yang tersimpan dalam karya tersebut.
5.              Selera seni
Menurut Croce, pengalaman seni seniman dan pengalaman seni penanggap haruslah identik. Pada seniman hal itu disebutnya genius, sedangakan pada penanggap seni disebutnya selera.(Sumardjo,2000:178). Selera dapat pula diidentikka dengan kesukaan atau ketertarikan. Dapat dilihat dari contoh sehari-hari yakni pada pertunjukan musik jezz tidak semua orang mnyukainya bahkan sangat sedikit dari pada musik-musik lainnya, begitu juga dengan lukisan realis dan naturalis mungkin lebih banyak orang yang menyukainya daripada lukisan abstrak yang acak-acakan dan sulit dipahami.
Yang dimaksud selera dalam seni sebenarnya bukanlah berbedanya cara pandang seni atau aliran seni. Masalahnya bukan terletak pada pemahaman aliran seninya tetapi justru pada selera seni yang sebenarnya. Selera seni lebih menjurus kepada temperamen seseorang, baik seniman maupun penikmat seni. Temperamen ini bukan ditentukan dengan pendidikan dan pengetahuan,tetapi oleh pengalaman hidup dan bakat bawaan. Tempereman inilah yang menentukan adanya selera seni.
 Orang yang berselera seni baik dan tinggi dapat menghargai nilai-nilai seni yang tak berkenan dengan seleranya sendiri, kerena dia seseorang yang punya pengetahuan tinggi terhadap seni. Sehingga dapat menguraikan secara rasional mengapa sebuah karya bersifat demikian dan yang lain bersifat begitu.
Sehingga lahirlah atau berlakulah sebuah sebuah hukum “ selera tak dapat diperdebatkan”, karena masing-masing orang, baik seniman maupun penanggap seni, memang memiliki selera yang berbeda-beda.
Selera seni yang jelek terdapat dalam sikap fanatisme yang bersikukuh pada rasionalisasi seni tertentu ataupun pada temperamen tertentu. Menganggap apa yang menjadi selera seninya itulah yang dianggap seni selebihnya adalah jelek dan tidak dianggap dengan seni.
6.             Pengalaman Seni dan Kepentingan Pribadi
Pengalaman seni terhadap satu benda seni yang sama ternyata bisa amat berbeda dan mungkin malah saling bertentangan pada sejumlah orang. Mengapa pangalaman seni bisa berbeda terhadap penghayatan sebuah karya seni yang sama? Ini semua karena setiap orang memiliki kepentingan pribadi (Interest)  yang berbeda-beda.
Kepentingan pribadi yang berbeda-beda ini disebabkan oleh kebutuhan hidup dan pemaknaan hidup yang berbeda-beda pula. Ada  yang sangat menaruh perhatian pada gejala sosial, ada yang tertarik pada masalah kejiwaan individu, ada yang berniali religius dan ada pula yang mangacu pada bidang ekonomi, bahasa dan sebagainya.
Kepentingan pribadi yang berbeda-beda semacam itu mengakibatkan peninikmat seni juga mencari sendiri nilai-nilai pribadinya pada sebuah karya seni. Maka terjadilah fokus perhatian yang berbeda pula dalam pengalaman seni. Perbedaan ini bukan karena selera seninya yang berbeda, tetapi karena fokus perhatiannya amat berbeda dalam mencari nilai dalam sebuah karya seni.
Jelas sekali bahwa setiap pengalaman pribadi yang berbeda juga akan melahirkan pengalamn seni yang berbeda pada setiap manusia karena titik fokus yang tidak sama. Sehingga karya seni yang muncul akan memiliki perbedaan dalam setiap orang yang menafsirkannya.
Hal ini tentunya tidak terlepas juga dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai subjektif yang amat khas pada seseorang individu itu bekerja dalam kepentingan atau tekanan yang berbeda-beda selama proses pengalaman seninya. Dan inilah yang melahirkan kesimpulan akhir dari pengalaman seni bagi setiap orang. Karena dalam satu karya seni bisa melahirkan nilai-nilai yang berbeda.

Kesimpulan

Pengalaman seni ialah suatu proses dalam memaknai dan meresapi sebuah kesenian, yang seterusnya mengacu kepada pengalaman artistik yang berproses dalam pembuatan sebuah benda seni. Sehingga lahirlah pengalaman instrinsik-ekstrinsik yang memiliki nilai yang terkandung pada sebuah benda seni baik yang melekat maupun sebagai objek pelengkap atu pendukung.
 Hal itulah yang nantinya mengarah kepada kesalahan penafsiran maksud seni, sebagimana seni itu menjadi objek yang luas dan memiliki makna yang berbeda-beda pula. Dan kemudian orang atau penikmat maupun pengamat seni memiliki selera seni yang berbeda-beda sesuai dengan fokus yang dihadapi masing-masing.
Selanjutnya pengalaman seni dan kepentingan pribadi yang memicu berbedanya pemahaman tentang pengalaman seni yang menjelaskan bagaimana seni sebagai pengalaman. Penjelasan pengalaman tanpa fakta merupakan penipuan diri. Seni memang subjektif, tetapi penjelasannya harus objektif sesuai dengan fakta karya seni itu sendiri.

Daftar Pustaka
Sony Kartika, Dharsono, 2007, Estetika, Rekayasa Sains : Bandung.
Sumardjo, Jakob, 2000, Filsafat Seni, ITB : Bandung.
Sony Kartika, Dharsono, 2004, Pengantar Estetika, Rekayasa Sains : Bandung.
Sutrisno SJ,Mudji (DKK), 1993,Estetika Filsafat Keindahan, Kanisius : Yogyakarta.
Liang Gie,The 1997, Fillsafat Keindahan, PUBIB : Yogyakarta.
 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar