Pendahuluan
Seni
merupakan hal yang sifatnya tidak terikat, yaitu tidak ada unsur yang mengharuskan
seni harus seperti ilmu atau pengetahuan lainnya. Seni dapat dilihat dari
berbagai sudut yang bisa setiap orang melakukannya. Dengan kata lain seni
merupakan sesuatu yang tidak mutlak harus indah ,tergantung persefektif orang
melihatnya.
Seni
dan pengalaman atau seni sebagai pengalaman bisa menjadi sangat erat kaitannya,
karena pengalaman seni bisa terjadi seperti halnya pengalaman-pengalaman
lainnya, tetapi pengalaman seni lebih menitik beratkan kepada perasaan dan
pemikiran, penginderaan dan berbagai intuisi manusia.
Manusia
adalah makhluk yang tak pernah lepas dari sebuah pengalaman, bahkan hidup
berlangsung dari sebuah pengalaman. Seseorang memiliki pengalaman seni pada
dasarnya karena orang tersebut dalam kekuatan nilai yang dihasilkan oleh benda
seni. Kualitas inilah yang sebenarnya dialami seniman dalam pengalaman seninya.
Sensasi itu berasal dari medium itu sendiri.
Dengan
kata lain benda seni bisa membuat orang memulai mengalami pengalaman seninya,
karena telah menginderai dan menikmati
sesuatu yang terkandung didalamnya. Tentu saja orang tidak hanya
tertarik pada kualitas medium seni yang disuguhkan. Bisa jadi orang terpesona
dari warna dan bentuk, garis dan tekstur. Yang berfungsi juga sebagai gambaran
dari kenyataan pengalaman sehari-hari.
Seni Sebagai
Pengalaman
1.
Pengalaman Seni
Manusia adalah
mahkluk sosial yang harus berintraksi dengan lingkungkungannya, baik dengan
sesama bahkan sampai dengan benda buatan manusia itu sendiri, dengan kata lain
manusia hidup berlangsung dengan pengalaman tak ada satu manusiapun yang luput
dari pengalaman. Pengalaman merupakan suatu kesatuan, keutuhan yang terdiri
atas rentetan bagian-bagian pengalaman yang terus mengalir.
Pengalaman
terjadi disetiap hidup manusia. Dalam ilmu seni, pengalaman dengan benda seni
dinamai dengan pengalaman seni atau pengalaman estetik atau respon estetik.
Istilah ini biasanya dibicarakan dalam hubungannya dengan penikmat seni. Yang
saling terkait antara penikmat dan pengalaman dalam seni.
Pengalaman seni
adalah pengalaman yang dialami oleh penikmat seni atau penanggap seni. Seperti
dalam pengalaman sehari-hari, maka pengalaman seni juga merupakan suatu
pengalaman utuh yang melibatkan perasaan, pikiran, penginderaan, dan berbagai
intuisi manusia. Hanya saja pengalaman seni berlangsng dalam kualitas
pengalaman tertentu yang kadang-kadang tidak sama dengan pengalaman sehari-hari.
Dalam pengalaman seni unsur perasaan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan
dan mendasari unsur-unsur potensi manusia yang lain. Sebuah karya dapat juga
melahirkan sebuah kesimpulan pemikiran, tetapi itu terjadi setelah pengalaman
seni selesai (Sumardjo,2000:161).
Manusia memiliki
perbedaan pengalaman antara pengalaman seninya dengan pengalaman yang
sehari-hari biasa terjadi. Pengalaman seni lebih menitikberatkan pada
penggunaan perasaan yang lebih, artinya pengalaman seni adalah pengalaman yang
istimewa karena menyangkut dengan estetik dan pada pola perasaan yang
ditekankan.
Oleh sebab itu
suatu pengalaman seni selalu memiliki suatu pola. Sehingga suatu pengalaman
terdiri dari berbagai unsur pengalaman yang satu sama lain saling terkait
sehingga menyusun hubungan tersendiri. Pola hubungan antar unsur inilah yang
dinamakan dengan pola atau struktur. Dan, struktur hubungan inilah yang
memberikan makna pada pengalaman tersebut.
Setelah itu
pengalaman seni dapat dimaknai sesuai dengan pola atau struktur yang sudah
dipahami oleh penikmat seni. Sehingga kesemua kesatuan saling terkait satu sama
lain.
2.
Pengalaman artistik
Telah
dipelajari dalam pengalaman seni adanya fokus yang membuat suatu pengalaman
merupakan suatu keutuhan. Keutuhan itu membuat semua unsur pengalaman menjadi
pengalaman punya makna dan kedalaman. Semua kautuhan pengalaman itu terjadi
lewat kegiatan menghubungkan dan merangkaikan unsur-unsur pengalaman yang kita
peroleh dari penginderaan atas benda seni. Inilah sebabnya sebuah karya seni
yang bermutu dapat memberikan pengalaman
seni yang berbeda-beda bagi apresiatornya. (Sumardjo,2000:165).
Sebuah
karya seni yang memiliki mutu tinggi akan melahirkan tanggapan-tanggapan atau
penilaian yang berbeda dari setiap orang yang menginderanya dan menjadikan
sebagai pengalaman seninya.
Ketika
peroses penciptaan karya seni atau peroses artistik seorang pencipta seni atau
seniman dikendalikan oleh pengalaman estetiknya, penciptaaan karya seni memang
merupakan kerja pengungkapan diri, ekspresi diri dalam suatu wujud benda seni.
Tetapi , pengungkapan isi jiwa seniman secara artistik itu tidak dilakukan
sewenang-wenang tanpa kesadaran pengalaman estetik. Dengan bahasa lain seorang
seniman harus melalui tahapan mengalami pengalaman estetiknya sehingga sebuah
benda seninya memiliki nilai seni dan estetika yang tinggi.
Pengalaman
artistik lebih mengacu kepada peroses
penciptaan karya seni, dalam peroses ini terjadi ekspresi spontan yang
multi intraksi antara berbagai potensi jiwa manusia, yakni antara kerja
penginderaanya, pemikirannya, emosi dan intuisinya.
Proses
penciptaan yang melahirkan pengalaman artistik lebih didominasi oleh unsur
perasaan. Inilah yang membedakan seni dengan ilmu dan filsafat. Dalam seni,
muatan emosi yang ingin disampaikan kepada penerima seni tidak dapat dibiarkan
liar tanpa kendali bentuk, tanpa diberi struktur. Seni pada dasarnya adalah
disiplin emosi, pembersihan emosi. Dengan demikian, kendali pengalaman artistik
dalam penciptaan karya seni adalah pengalaman estetik.
3.
Pengalaman seni instrinsik-ekstrinsik
Pengalaman
seni atau pengalaman estetik merupakan salah satu nilai kualitas dalam seni.
Pengalaman kualitas seni amat pribadi terjadinya karena hanya penikmat seni itu
yang menciptakannya berdasarkan karya seni yang ada. Sehebat apapun kritikus
tak kan mampu menggantikan karya seni dengan karya kritiknya.
Sebuah
pengalaman seni akan semakin murni apabila pengalaman itu semata-mata estetik.
Artinya sebuah karya seni dialami bukan bukan demi apapun diluar kepentingan
seni itu sendiri. Bukan demi kepentingan moral, agama, kejiwaan, sosial dan
lainya. Seni yang murni hanya menawarkan aspek instrinsik tanpa
kepentingan bersifat pragmatis
(Sumardjo,200:169). Sederhananya seni yang murni tidak ada unsur yang
mengiming-imingi dibelakangnya kecuali hanya yang memiliki nilai instrinsik
tanpa pragmatis.
Menurut
Kant dalam buku Estetika karangan Dharsono Sony Kartika bahwa ada dua macam
nilai estetis, yang pertama nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena
nilainya murni maka bila ada keindahan, dikatakan dengan keindahan murni. Nilai
estetik yang murni terdapat pada garis, bentuk dan warna dalam seni rupa. Gerak
tempo ,irama dalam seni tari. Suara, irama, metrum dalam seni musik. Dialog,
ruang, gerak dalam seni drama atu teater, dan lain-lain
Kemuadian
ada nilai ekstra estetis atau nilai tambahan yang merupakan nilai tambahan yang
terdapat pada bentuk-bentuk manusia,
alam, binatang dan lain-lain. Gerak lambaian, dan lainnya keindahan yang dapat
dinikmati penggemar seni yang terdapat pada unsur-unsur tersebut disebut
keindahan luar estetis atau tambahan.
Tercatat
dalam teori instrinsik sebuah nilai yang ada dalam seni itu terdapat pada
bentuknya. Yang disebut bentuk adalah penyusunan medium inderawi atau permukaan
karya seni. Sedangkan teori ekstrinsik susunan dari arti-arti didalam dan
susunan medium inderawi makna kulit yang menampung proyeksi dari makna dalam
harus dikawinkan. Nilai-nilai itu (keindahan) mencakup semuanya meliputi semua
arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya (Sony Kartika,2007:14)
Pengalaman
instrinsik dan ekstrinsik harus memiliki makna yang menyatu pada sebuah karya
atau benda seni. Artniya saling mendukung satu sama lain. Dalam sebuah buku filsafat
seni karang Jakob Sumardjo menyebutkan bahwa seni itu bukanlah budak dari
hal-hal diluar seni, artinya seni itu harus tanpa pamrih, terhindar dari
kepentingan pragmatis sehingga tidak menghalangi terjadinya pengalamansecara
murni.
Jadi
pada dasarnya seorang penikmat seni, dalam arti memiliki pengalaman seni atas
sebuah karya seni, dengan sendirinya seorang seniman pula, karena ia ikut
menciptakan makna ekstrinsik seninya. Tetapi, dalam hal ini orang tak bisa
dengan semena-mena menafsirkan makna ekstrinsik karena ia terikat pada fakta
objektif benda seni itu sendiri. Ia hanya bisa bisa mencari makna ekstrinsiknya
melalui ungkapan instrinsik seninya. Dan instrinsik seni ini tak bisa
dimanipulasi karena bendanya memang seperti itu.
4.
Kesalahan penafsiran maksud seni
Sebuah
karya seni yang baik memang bukan ilmu pengetahuan yang harus jelas batas dan
isi pengertianya. Sebuah karya seni disebut seni apabila ia berhasil
memberikan, rangsangan dan daya hidup atau daya cipta bagi penerimanya.
Pengalaman yang mengalir bersama waktu , yang dapat mengandung gerak atau juga
mungkin tidak. Sesuatu yang dapat menggerakkan perasaan dan pemikiran dari
suatu karya seni layak disebut seni. Seni merupakan sebuah dinamika dalam suatu
keutuhan pengalaman. Sesuatu yang indahlah yang menggerakkan jiwa manusia. Dan
gerak jiwa berenang dalam kebebasannya sendiri dalam suatu permainan yang tanpa
beban.
John
Hospers juga memberikan perumusan tentang seni sebagai lawan dari alam. Dalam arti yang terluas seni, seni meliputi
setiap benda yang dibikin oleh manusia sebagaimana dilawankankan dengan
benda-benda dari alam. Selanjutnya Hospers menegaskan bahwa bikinan manusia
(man-made) merupakan ciri pokok dri setiap karya seni (The Liang Gie,1997:69).
Seni adalah suatu hal yang yang melekat pada diri manusia sesuai dengan
apa yang diketahui tentang sebuah estetika dan menerapkannya dalam media-media
tertentu. Sehingga nilai yang terkandung didalamnya bisa dipahami seseorang
menurut perspektif masing-masing.
Tugas
seniman adalah menciptakan karya seni. Karya seni itu lahir dari pengalaman
artistiknya daan tugas penerima seni adalah menghayati karya itu lewat
penginderaannya yang langsung menggerakkan syaraf perasaan dan pemikirannya.
Penilaian penikmat seni tergantung sejauh mana pengetahuannya tentang seni,
baik dari pendidikan, pengalaman dan kepekaannya. Tentunya semakin tinggi
pendidikan atau pengetahuannya tentang seni maka semakin luas dan dalam pula
pengalamannya serta semakin tajam kepekaan seninya sehinnga banyak daya yang
menggerakkan batinnya dari sebuah karya seni.
Sebuah
karya seni yang baik adalah karya seni yang merdeka, artinya setelah terlepas
dari pengkaryanya maka karya tersebut bisa bebas dinilai menurut apa yang orang
kehendaki sesuai dengan pengetahuan seninya. Ini bukan berarti bahwa penjelasan
seniman mengenai karya seninya sia-sia dan tak ada gunanya sama sekali.
Penjelasan
seorang seniman juga sangat perlu agar penanggap seni daapat memperoleh
pangalaman seni. Penjelasan seniman dapat dimasukkan sebagai salah satu
tambahan pengetahuan dalam menghadapi karya seni, tetapi jelas tidak membantu
dalam menentukan makna akhir pengalaman seninya (Sumardjo,2000:177).
Pemberian
makna pada sebuah karya seni terlepas dari senimannya adalah mutlak hak publik
seni, karena karya seni memiliki banyak makna sesuai dengan orang yang
menginderanya, dan akan lahir juga makna nilai yang tersimpan dalam karya
tersebut.
5.
Selera seni
Menurut
Croce, pengalaman seni seniman dan pengalaman seni penanggap haruslah identik.
Pada seniman hal itu disebutnya genius, sedangakan pada penanggap seni
disebutnya selera.(Sumardjo,2000:178). Selera dapat pula diidentikka dengan
kesukaan atau ketertarikan. Dapat dilihat dari contoh sehari-hari yakni pada
pertunjukan musik jezz tidak semua orang mnyukainya bahkan sangat sedikit dari
pada musik-musik lainnya, begitu juga dengan lukisan realis dan naturalis
mungkin lebih banyak orang yang menyukainya daripada lukisan abstrak yang
acak-acakan dan sulit dipahami.
Yang
dimaksud selera dalam seni sebenarnya bukanlah berbedanya cara pandang seni
atau aliran seni. Masalahnya bukan terletak pada pemahaman aliran seninya
tetapi justru pada selera seni yang sebenarnya. Selera seni lebih menjurus
kepada temperamen seseorang, baik seniman maupun penikmat seni. Temperamen ini
bukan ditentukan dengan pendidikan dan pengetahuan,tetapi oleh pengalaman hidup
dan bakat bawaan. Tempereman inilah yang menentukan adanya selera seni.
Orang yang berselera seni baik dan tinggi
dapat menghargai nilai-nilai seni yang tak berkenan dengan seleranya sendiri,
kerena dia seseorang yang punya pengetahuan tinggi terhadap seni. Sehingga
dapat menguraikan secara rasional mengapa sebuah karya bersifat demikian dan
yang lain bersifat begitu.
Sehingga
lahirlah atau berlakulah sebuah sebuah hukum “ selera tak dapat diperdebatkan”,
karena masing-masing orang, baik seniman maupun penanggap seni, memang memiliki
selera yang berbeda-beda.
Selera
seni yang jelek terdapat dalam sikap fanatisme yang bersikukuh pada
rasionalisasi seni tertentu ataupun pada temperamen tertentu. Menganggap apa
yang menjadi selera seninya itulah yang dianggap seni selebihnya adalah jelek
dan tidak dianggap dengan seni.
6.
Pengalaman Seni dan Kepentingan Pribadi
Pengalaman seni
terhadap satu benda seni yang sama ternyata bisa amat berbeda dan mungkin malah
saling bertentangan pada sejumlah orang. Mengapa pangalaman seni bisa berbeda
terhadap penghayatan sebuah karya seni yang sama? Ini semua karena setiap orang
memiliki kepentingan pribadi (Interest)
yang berbeda-beda.
Kepentingan
pribadi yang berbeda-beda ini disebabkan oleh kebutuhan hidup dan pemaknaan
hidup yang berbeda-beda pula. Ada yang
sangat menaruh perhatian pada gejala sosial, ada yang tertarik pada masalah
kejiwaan individu, ada yang berniali religius dan ada pula yang mangacu pada
bidang ekonomi, bahasa dan sebagainya.
Kepentingan pribadi
yang berbeda-beda semacam itu mengakibatkan peninikmat seni juga mencari
sendiri nilai-nilai pribadinya pada sebuah karya seni. Maka terjadilah fokus
perhatian yang berbeda pula dalam pengalaman seni. Perbedaan ini bukan karena
selera seninya yang berbeda, tetapi karena fokus perhatiannya amat berbeda
dalam mencari nilai dalam sebuah karya seni.
Jelas sekali
bahwa setiap pengalaman pribadi yang berbeda juga akan melahirkan pengalamn
seni yang berbeda pada setiap manusia karena titik fokus yang tidak sama.
Sehingga karya seni yang muncul akan memiliki perbedaan dalam setiap orang yang
menafsirkannya.
Hal ini tentunya
tidak terlepas juga dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai
subjektif yang amat khas pada seseorang individu itu bekerja dalam kepentingan
atau tekanan yang berbeda-beda selama proses pengalaman seninya. Dan inilah
yang melahirkan kesimpulan akhir dari pengalaman seni bagi setiap orang. Karena
dalam satu karya seni bisa melahirkan nilai-nilai yang berbeda.
Kesimpulan
Pengalaman
seni ialah suatu proses dalam memaknai dan meresapi sebuah kesenian, yang
seterusnya mengacu kepada pengalaman artistik yang berproses dalam pembuatan
sebuah benda seni. Sehingga lahirlah pengalaman instrinsik-ekstrinsik yang
memiliki nilai yang terkandung pada sebuah benda seni baik yang melekat maupun
sebagai objek pelengkap atu pendukung.
Hal itulah yang nantinya mengarah kepada
kesalahan penafsiran maksud seni, sebagimana seni itu menjadi objek yang luas
dan memiliki makna yang berbeda-beda pula. Dan kemudian orang atau penikmat
maupun pengamat seni memiliki selera seni yang berbeda-beda sesuai dengan fokus
yang dihadapi masing-masing.
Selanjutnya
pengalaman seni dan kepentingan pribadi yang memicu berbedanya pemahaman
tentang pengalaman seni yang menjelaskan bagaimana seni sebagai pengalaman.
Penjelasan pengalaman tanpa fakta merupakan penipuan diri. Seni memang
subjektif, tetapi penjelasannya harus objektif sesuai dengan fakta karya seni
itu sendiri.
Daftar
Pustaka
Sony Kartika, Dharsono, 2007, Estetika, Rekayasa Sains : Bandung.
Sumardjo,
Jakob, 2000, Filsafat Seni, ITB :
Bandung.
Sony
Kartika, Dharsono, 2004, Pengantar
Estetika, Rekayasa Sains : Bandung.
Sutrisno
SJ,Mudji (DKK), 1993,Estetika Filsafat
Keindahan, Kanisius : Yogyakarta.
Liang
Gie,The 1997, Fillsafat Keindahan, PUBIB
: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar